Powered By Blogger

Thursday, June 11, 2020

Resume Kuliah Online Rabu, 10 Juni 2020 Mahayu Solina Yuda

Resume Kuliah Online

Rabu, 10 Juni 2020

Mahayu Solina Yuda

 

                 Narasumber kuliah online hari ini adalah seorang guru IPS dan Sejarah sekaligus inspirator dunia pendidikan bernama Agung Pardini, atau bisa dipanggil Guru Agung. Selain aktif sebagai seorang guru, beliau juga aktif di lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa. Materi yang disampaikan Guru Agung pada hari ini sangat menggambarkan persoalan yang dihadapi para guru yang mengabdi di daerah pelosok. Persoalan yang dihadapi cukup beragam, seperti gaya berbahasa dan pemahaman Bahasa Indonesia yang kurang, serta keterbatasan sarana teknologi. Sebagai seorang guru yang berdinas di kota, jujur saya tidak bisa membayangkan kendala – kendala yang harus dihadapi guru – guru yang berjuang di daerah pelosok. Namun, Guru Agung memberi motivasi bahwa mengatasi keterbatasan tersebut bukanlah hal mustahil. Beliau menjelaskan bahwa dengan model pendampingan intensif oleh para konsultan dan relawan selama kurang lebih setahun, maka perlahan – lahan persoalan tersebut bisa diatasi.

                 Lewat lembaga kemanusiaan yang beliau kelola, Dompet Dhuafa, para guru diajak untuk membuat produk buku atau tulisan. Karya yang dihasilkan tidak harus berupa buku, tapi bisa juga berupa PTK (Penelitian Tindakan Kelas), media pembelajaran, puisi dan lain – lain. Telah banyak karya – karya yang dihasilkan oleh para guru hebat ini, antara lain “Temani Aku Meniup Mimpi”, “Murid Pasif Pangkal Guru Kreatif”, Batu, Daun Cinta, Teman Setia Belajarku”, dan masih banyak lagi. Semua karya – karya luar biasa ini dibiayai dari donasi zakat yang dikelola oleh Dompet Dhuafa. Buku-buku tersebut tidak diperjual belikan. Namun akan dibagikan secara gratis buat guru-guru di daerah lain yang membutuhkan. Hati saya benar – benar terenyuh saat Guru Agung menjelaskan bahwa ada seorang guru muda yang meninggal saat bertugas di daerah penempatan. Namanya adalah Jamilah Sampara. Sebelum wafat, beliau meninggalkan sebuah karya terakhir, dan akhirnya nama beliau diabadikan menjadi menjadi nama sebuah penghargaan bagi guru-guru terbaik SGI (Sekolah Guru Indonesia), Jamilah Sampara Award.

                 Guru Agung memotivasi para guru untuk terus menulis dengan cara yang unik. Bagaimana? Yaitu dengan membuat “Jurnal Perjalanan Guru”. Jurnal ini berisi pengalaman para guru siang hari yang harus ditulis pada malam hari. Isinya bermacam – macam, mulai dari curhat sampai membahas berbagai teori. Nah, esok paginya jurnal tersebut akan dikumpulkan untuk ditanggapi. Sungguh menginspirasi. Jurnal ini wajib diisi oleh guru – guru yang sedang mengikuti pembinaan di kampus SGI. Menurut saya, hal ini sangat penting, bukan hanya untuk mengasah kemampuan kita dalam menulis, tapi juga berbagi pengalaman, perasaan, dan isi pemikiran. Jika hal tersebut biasa dilakukan, saya yakin, literasi bangsa kita akan semakin baik. Namun, semua itu harus diawali oleh kita para guru, karena kita adalah agen perubahan bangsa.


2 comments: